Jumat, 23 April 2010

Saat kata terucap dengan manis
Mengapa tak hanya diam
Kau semakin menghancurkan ku
Walau ku tak mengerti maksud hatimu

Hati??
Mengapa s’lalu menyebut hati
Perasaan??
Tak adakah kata lain

Kau bilang kan menjaga Perasaan ku
Tapi kini kau menyakitiku
Kau hancurkan hatiku
Perasaanku

Tak sadarkah kau
Dimana hatimu?
Kata-katamu manis
Semanis lidahmu mengucap

Tapi telingaku sakit saat mendengarnya
Bagai tersambar petir
Begitu teganya dirimu
terhadap cinta suciku…………

Berawal dari apa rasa itu ada.. Maka kembalinya ke sana.. T'ada sesal mengenal bahkan menyayangimu.. karena aku t'pernah ragu untuk memulainya.. T'pernah pula ingin akhirinya.. Bukan yang indah membias lara, tapi tlah terpatri bentuk kasih dan sayang itu dalam hati.. meski hanya dalam mimpi, kesalahan t'buatku jera dekat denganmu... Embun

penatku bersama mimpi, lelah ku telusuri jalan ini... bukan ku maksud letih menelusuri jejak yang Kau beri lalu aku akan putus asa terhadapnya, tapi aku hanya sedikit istirah tuk meletakkan penat pada tempat yang tepat... karena penat dan letih memang juga harus ada... sebagai alarm tubuh jiwa kita... 3m6un

Tak ku asa Tuhan beriku tantangan yang berarti... menjamah medali tuk raih emas dalam hidup ini... tapi sesekali ku resah dan ku penat namun ku mohon, pahami diri ini, bukan maksud hati menyerah pada satu mata pisau ini... namun ku hanya ingin rebahkan penatku tuk raih bahagia suatu hari nanti... 3m6un



Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.
Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.
Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah

adalah satu hal yang dapat kita kontrol,

dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah

10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,

dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.